Komunikasi dan Hasrat Ekonomi Solo

>> Thursday, July 2, 2009


Dalam sebuah diskusi tentang jati diri Kota Solo beberapa waktu lampau, Laura Romano, seorang peneliti kebudayaan Jawa asal Italia, mempertanyakan pemakaian slogan “Solo The Spirit of Java”. Secara esensial, slogan itu memang tepat sasaran karena wilayah Solo Raya yang memanggul slogan tersebut bisa disebut sebagai tempat di mana “jiwa kebudayaan Jawa” bersemayam. Akan tetapi, kenapa bahasa slogan tersebut justru seperti mengkhianati esensinya sendiri? Penggunaan bahasa Inggris dalam slogan tersebut, kata Romano, terkesan kontradiktif dengan semangat yang dibawanya.

Bukan hanya wilayah Solo Raya yang menggunakan slogan berbahasa Inggris. Kota Solo, sejak beberapa tahun belakangan, kerap mempropagandakan slogan “Solo Past is Solo Future”. Semangat yang dibawa kurang lebih sama dengan “Solo The Spirit of Java”. Menariknya, kegemaran memakai bahasa Inggris ini juga menular dalam hal pemberian nama tempat di Solo. Sebut misalnya ruang interaksi warga di sepanjang Jalan Slamet Riyadi yang disebut sebagai “city walk”, pasar malam Ngarsopuro yang dinamai “night market”, dan juga Solo Techno Park.

Dalam konteks sebuah kota, pemakaian suatu jargon dan pemberian nama tempat merupakan bagian dari proses “mengkomunikasikan kota”. Idealnya, perancangan sebuah slogan dan nama tempat di suatu kota juga memperhitungkan elemen-elemen dasar proses komunikasi. Dalam konteks ini, pemahaman proses komunikasi menurut Harold D Laswell bisa sangat membantu. Menurut Laswell, proses komunikasi bisa diringkas dalam pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect. Dari konsepsi itu, kentara bahwa komunikasi terdiri dari beberapa elemen, yakni (a) komunikator atau penyampai pesan; (b) pesan yang disampaikan, (c) sarana penyampaian pesan; (d) komunikan atau penerima pesan; dan (e) efek komunikasi.

Dalam tiap perancangan proses komunikasi, termasuk dalam proses mengkomunikasikan kota, bukan saja masalah esensi pesan dan sarana penyampaian pesan yang harus diperhitungkan. Penentuan secara tepat siapa komunikan dari proses komunikasi tersebut juga merupakan hal yang teramat signifikan. Dalam hal slogan-slogan kota dan nama-nama tempat berbahasa Inggris, kita bisa bertanya: sebenarnya, siapakah yang menjadi komunikan dari slogan tersebut? Siapakah yang ingin disapa oleh pemerintah kota sebagai komunikator melalui slogan tersebut?

Melihat penggunaan bahasa Inggris dalam slogan-slogan kota, kita bisa bercuriga bahwa slogan tersebut memang pada awalnya dan terutama tidak ditujukan kepada warga kota yang tidak memiliki kedekatan emosional dengan bahasa tersebut. Pemakaian bahasa Inggris justru menunjukkan bahwa yang dituju oleh pemerintah kota sebenarnya adalah para turis dari luar negara. Dalam hal ini, slogan kota tidak lagi merupakan semacam alat yang mengikat warga kota menjadi—mengambil istilah Ben Anderson—sebuah “komunitas terbayang”. Nama-nama tempat di kota yang menggunakan bahasa Inggris juga bukan sumber rujukan bagi masyarakat setempat untuk menggali identitasnya. Slogan dan nama tempat yang menggunakan bahasa Inggris hanyalah sarana marketing kota, alat penarik turis guna mendatangkan pendapatan.

Efek Globalisasi
Dari analisis di atas, bisa disimpulkan bahwa kegemaran memakai bahasa Inggris tidak hanya merupakan efek globalisasi yang mengukuhkan keberadaan bahasa tersebut sebagai bahasa internasional. Lebih dari itu, pemakaian bahasa Inggris di Kota Solo atau kota lainnya di Indonesia merupakan efek dari cara memandang informasi sebagai sebuah kapital dan komunikasi sebagai semacam proses ekonomi. Hidup dalam suatu kurun yang sering dilabeli sebagai “zaman ledakan informasi” ini, suka atau tidak memaksa kita mengakui bahwa informasi merupakan kapital yang sangat berharga sekarang. Walau mungkin agak berlebihan, kita bisa mengatakan pada masa ini berlaku diktum “informasi adalah segalanya” dan “segalanya adalah informasi”. Tak seperti di masa yang amat lampau di mana informasi hanya merupakan sebentuk barang sosial, saat ini informasi merupakan komoditas ekonomi yang memiliki nilai jual tak murah.

Peralihan makna informasi dari sekadar barang sosial menjadi kapital juga berarti peralihan fungsi komunikasi. Pada masa ini, komunikasi tidak lagi dilakukan semata-mata demi pencapaian pemahaman bersama. Hasrat ekonomi berupa keinginan meraup laba sebanyak-banyaknya telah menjadi faktor yang menentukan dalam proses komunikasi. Karenanya, komunikasi menjadi sama dengan proses transaksi jual beli yang memperhitungkan laba serta rugi.

Wujud utama dari komunikasi yang dipengaruhi hasrat ekonomi adalah pemasaran. Dalam ihwal kota, ia mewujud dalam proses marketing kota kepada turis dan investor. Tentu saja, tendensi menarik turis dan menggandeng investor bukan sebuah kesalahan. Memasarkan kota, bagaimanapun, menjadi proses yang mutlak terjadi di pelbagai kota di belahan dunia manapun. Masalahnya, keinginan memasarkan kota seharusnya tidak menjadi orientasi satu-satunya dalam mengkomunikasikan kota.

Sebagai komunikator, pemerintah kota tidak hanya berhadapan dengan turis luar negeri sebagai komunikan. Warga masyarakat yang sehari-hari bergulat dalam hidup yang penuh peluh di kota, juga merupakan komunikan, bahkan komunikan utama. Mengkomunikasikan kota kepada para turis—yang dalam bahasa marketing disebut sebagai “branding kota”—tidak boleh menghalangi proses pengkomunikasian kota pada warga masyarakat.

Bagaimanapun, marketing hanyalah satu bagian kecil dari keseluruhan proses komunikasi sehingga marketing kota tidak pernah boleh mendominasi proses komunikasi di dalam sebuah kota. Dengan kata lain: hasrat ekonomi tidak boleh menjadi satu-satunya pertimbangan dalam komunikasi kota. Mengambil pemikiran Jürgen Habermas, komunikasi seharusnya dilakukan dengan tujuan untuk membangun sikap saling mengerti dan mewujudkan sebuah konsesus tanpa dominasi. Karena itu pula, komunikasi kota seharusnya tidak semata bertendensi ekonomi tapi juga merupakan proses sosial di mana semua elemen masyarakat kota berusaha membangun sikap saling pengertian dan pemahaman bersama ihwal kota mereka.

Haris Firdaus
(Dimuat di Suara Merdeka, 9 Juni 2009)
gambar diambil dari sini

17 comments:

SAWALI TUHUSETYA July 2, 2009 at 2:21:00 PM GMT+8  

marketing sebuah kota agaknya tak bisa dilepaskan dari "kemauan politik" dan komitmen pengambil kebijakan, mas haris, tanpa harus mengebiri aspirasi rakyatnya.

suwung July 2, 2009 at 2:54:00 PM GMT+8  

kota kota dengan adanya modernisasi jadi bingung
arah kebijaksanannya
ini menurut diriku lho

nothing July 2, 2009 at 4:08:00 PM GMT+8  

Laura Romano, mempertanyakan pemakaian slogan “Solo The Spirit of Java”.
terlalu serius dia...
take it easy boss
:D

suryaden July 2, 2009 at 4:35:00 PM GMT+8  

kalo itu sih bukan masalah karena harus berkembang meski dalam istilah saja, yang paling bikin mangkel adalah nama jalan dengan nama tokoh-tokoh militer itu, pakah itu juga bagian dari militerisme...

zee July 2, 2009 at 4:54:00 PM GMT+8  

Dulu sekali mungkin memasarkan kota dipakai cara2nya dgn menggunakan slogan dlm bhs Inggris ya. Tp belakangan ini kesadaran kota2 kecil utk menunjukkan identitas sdh lebih tinggi. Pakai bhs daerah dan bhs Indonesia.

Anonymous July 2, 2009 at 8:14:00 PM GMT+8  

krisis identitas yang terjadi saat ini membuat banyak pihak akhirnya bersikap ambigu...

proses internalisasi yg setengah hati akibat adanya keinginan outward looking yg diatasnamakan globalisasi...

Pencerah July 2, 2009 at 11:34:00 PM GMT+8  

Kita memang harus memakai identitas yang sesuai dengan jiwa kita

Demis July 3, 2009 at 4:41:00 PM GMT+8  

Barangkali yang bikin slogan itu berpikir kalau bahasa inggris lebih mewakili cara berpikir mereka dalam menyampaikan kandungan ide dari slogan tersebut. bukankah pada dasarnya sifat bahasa adalah manasuka?

P.s: Mas, bagi-bagi tips donk biar aku rajin nulis kayak sampean...

Anonymous July 4, 2009 at 1:47:00 AM GMT+8  

jika pangsa pasar adalah,wisatawan asing, tentu slogan berbahasa inggris adalah pilihan jitu dan strategi marketing yang paling pas. Visit Indonesia Year aja begitu..

Iklan Gratis July 4, 2009 at 11:12:00 AM GMT+8  

Iya, itu lebih baik dilihat dari pasarnya, kalo memang berbahasa ingris sangat lebih mendukung itu akan lebih baik! kalo menurut saya begitu!
Stop
Dreaming Start Action

Sara July 6, 2009 at 3:49:00 PM GMT+8  

Strategi promosi wisata negara kita sepertinya masih mengutamakan wisatawan mancanegara, karena pertimbangan ekonomi itu. Kalau sekedar jargon utk promosi di media massa, saya rasa tdk masalah kalau menggunakan bahasa Ingris. Yg bahaya adalah ketika ke-lokal-an suatu daerah yg semakin tergerus akibat penginggrisan tadi. Mungkin hal tsb bisa disiasati dgn menggunakan dua bahasa (Indonesia-Inggris) untuk menamai sebuah daerah. Atau kalau perlu, tiga bahasa termasuk dgn bahasa lokal. Yah, akan menjadi lucu kalau nantinya pasar malam Ngarsopuro lebih dikenal sbg “night market”. Hehe.. tapi terlepas dari itu semua, sepertinya strategi yg digunakan di seluruh daerah yg potensial menjadi objek wisata, masih lebih suka untuk melayani turis asing ketimbang turis lokalnya sendiri. Jadi kesannya, kita sbg turis lokal mau tdk mau harus 'berkompromi' dgn pelayanan yg ada.

panembahan senopati July 8, 2009 at 10:21:00 AM GMT+8  

itulah dia...
sejak awal aku nggak sepakat dengan penggunaan bahasa inggris dalam sologan2 tsb...
kenapa nggak Sala Pusating Kabudayan Jawa... kuwi luwih sip lan elegan
masalah marketing ke luar negeri bisa digunakan bahasa apapun tapi apa yg melekat pada jati diri harus benar2 ada.
basa jawa kuwi basa internasional, ora percaya?
tunggu penelusuran ku....

ciwir July 8, 2009 at 10:23:00 AM GMT+8  

wong jawa ilang jawane...
(doh)

Mahendrattunggadewa July 16, 2009 at 5:41:00 PM GMT+8  

itu yang sulit...
ketika budaya sudah terjamah komersialisasi dan menjadi industri...

Andy MSE July 22, 2009 at 11:06:00 AM GMT+8  

hehehe... sama seperti telkom, commited to you, wkwkwk
mas..mas... sekarang yang adiluhung itu bukan kabudayan jawa, melainkan kabudayan komersil seperti kata mahendra itu lho!
salam damai!

Anonymous August 7, 2009 at 2:06:00 PM GMT+8  

aku suka berlimpah informasi dan cara berfikir seorang kapitalis sejati...

Anonymous September 12, 2015 at 7:20:00 AM GMT+8  

ANGKA JITU DAN AKURAT HASIL RITUAL YANG BISA ANDA MENANGKAN HARI INI HUB NO =085=213=703=488 KY JOKO , Anda cukup mendaftar dengan biaya 100 ribu Contoh format nama dan kirim pulsa 100 ribu ke nomor 0852-1370-3488 sebagai biaya ritual untuk di belikan peralatan sesajen seperti : KEMBANG,KEMENYANG,PISANG DAN TELUR AYAM KAMPUNG. Setelah biaya di kirim maka KY JOKO akan membantu anda dengan ritual ghoib. Biaya yang anda keluarkan tidak sebanding dengan angka hasil ritual yang di berikan kepada anda semua.tapi ingat setelah tembus sisihkan sedikit buat yang memerlukan biar berkah. DAPATKAN SEKARANG JUGA ANGKA TEMBUS KY JOKO Call / Sms 0852-1370-3488



ANGKA JITU DAN AKURAT HASIL RITUAL YANG BISA ANDA MENANGKAN HARI INI HUB NO =085=213=703=488 KY JOKO , Anda cukup mendaftar dengan biaya 100 ribu Contoh format nama dan kirim pulsa 100 ribu ke nomor 0852-1370-3488 sebagai biaya ritual untuk di belikan peralatan sesajen seperti : KEMBANG,KEMENYANG,PISANG DAN TELUR AYAM KAMPUNG. Setelah biaya di kirim maka KY JOKO akan membantu anda dengan ritual ghoib. Biaya yang anda keluarkan tidak sebanding dengan angka hasil ritual yang di berikan kepada anda semua.tapi ingat setelah tembus sisihkan sedikit buat yang memerlukan biar berkah. DAPATKAN SEKARANG JUGA ANGKA TEMBUS KY JOKO Call / Sms 0852-1370-3488





ANGKA JITU DAN AKURAT HASIL RITUAL YANG BISA ANDA MENANGKAN HARI INI HUB NO =085=213=703=488 KY JOKO , Anda cukup mendaftar dengan biaya 100 ribu Contoh format nama dan kirim pulsa 100 ribu ke nomor 0852-1370-3488 sebagai biaya ritual untuk di belikan peralatan sesajen seperti : KEMBANG,KEMENYANG,PISANG DAN TELUR AYAM KAMPUNG. Setelah biaya di kirim maka KY JOKO akan membantu anda dengan ritual ghoib. Biaya yang anda keluarkan tidak sebanding dengan angka hasil ritual yang di berikan kepada anda semua.tapi ingat setelah tembus sisihkan sedikit buat yang memerlukan biar berkah. DAPATKAN SEKARANG JUGA ANGKA TEMBUS KY JOKO Call / Sms 0852-1370-3488

Post a Comment

  © Blogger template Wild Birds by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP